Wednesday, May 30, 2012

Disaster Recovery Planning

Dalam suatu jaringan komputer berskala bisnis dan enterprise, perencanaan suatu pemulihan adanya bencana (Disaster Recovery) dan kesinambungan bisnis (Business Continuity) adalah suatu keharusan. Disaster recovery dan business continuity adalah dua proses yang berbeda akan tetapi keduanya biasanya digabungkan kedalam suatu kerangka kerja tunggal yaitu suatu perencanaan pemulihan bencana dan kesinambungan bisnis atau biasa disebut Business Continuity and Disaster Recovery Planning.

Sebelum kita mengembangkan suatu disaster recovery and business continuity planning pertama kali kita perlu memahami perbedaan antara keduanya – Disaster Recovery (DR) dan Business Continuity. Untuk memahami perbedaan antara keduanya perlu dijelaskan dengan memahami suatu scenario berikut ini.

Dalam suatu keadaan dimana suatu kebakaran melahap sebuah ruang server yg didalamnya terdapat  semua server, menghancurkan semua yang ada didalamnya termasuk semua server dan infrastcruture pendukungnya seperti router, Switches, jaringan kabel dan apapun, semuanya tak tersisa sama sekali. Didalam dokumentasi disaster recovery and business continuity anda, anda perlu melakukan beberapa proses disaster recovery dan business continuity.


Contoh Disaster Recovery
Sebagai administrator system anda tentunya sudah melakukan suatu perencanaan system backup yang rapi. Salah satunya adalah server alternate yang ada di tempat terpisah dari server room utama anda dan tentunya anda juga sudah mempersiapkan diri dengan selalu mengirim data backup secara berkala ke tempat penyimpanan diluar lokasi jauh dari tempat perusahaan anda (offsite storage).

Dengan tersedianya mesin server di tempat terpisah (dari server room yang terbakar) anda bisa melakukan restorasi data ke mesin cadangan diruang ini agar memungkinkan users bisa mulai melanjutkan pekerjaannya dalam batas minimum agar bisa operasional saja. Proses inilah yang disebut bagian dari Disaster Recovery.


Contoh Business Continuity (BC)
Dalam suatu usaha untuk membangun kembali (akibat bencana kebakaran ini) menjadi full operasional kembali, maka dalam business continuity plan – anda akan melakukan langkah-langkah berikut ini:

  • Anda melakukan survey pasar untuk kemudian membeli unit-unit server baru termasuk infrastructure pendukungnya seperti Switches, Routers, dan perangkat jaringan lainnya.
  • Membangun kembali gedung fisik server room dan fasilitas pendukung lainnya seperti system jaringan perkabelan, rak-rak server, system keamanan – alarm system, perangkat pemadam yang ditempatkan pada lokasi yang gampang dijangkau, system emergency exit yang memadai dan lain sebagainya tentunya comply dengan system HSE (Health and Safety Environment) anda.
  • Dan terakhir adalah pekerjaan panjang yang sangat melelahkan adalah mengembalikan / migrasi data dan management user kedalam system baru ini.
Dari sini kita bisa memahami apa perbedaan utama dari Disaster Recovery dan Business Continuity dalam system perencanaan recovery bencana dan kesinambungan business anda.

Setiap organisasi sudah seharusnya memanage project dan infrastructure system informasinya dan melindunginya terhadap segala macam bentuk ancaman serta perlu juga memanage system disaster recovery dan business continuity planning-nya terhadap segala macam bentuk kerusakan dan kehilangan data dalam hal adanya bencana. Ancaman dan kerusakan serta kehilangan data adalah nyata yang bisa menyebabkan kerugian perusahaan miliaran bahkan trilunan rupiah setiap tahunnya. Untuk itulah maka perlunya suatu system disaster recovery dan business continuity plan adalah sangat dibutuhkan agar bisa membantu setidaknya mengidentifikasi dan mencegah segala macam bentuk ancaman yang bisa memperngaruhi kesinambungan bisnis.

Business continuity dan disaster recovery planning memberikan suatu kerangka kerja untuk membuat suatu penyelamatan / recovery infrastructure IT anda dari segala macam bencana baik yang berskala kecil maupun besar. Suatu disaster recovery dan business continuity memberikan daftar yang sudah dibuat dan koordinasi dari langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk meminimalkan efek-efek secara kesuluruhan dari suatu bencana. Sepanjang atau kelanjutan dari suatu bencana, dokumen disaster recovery planning membantu anda agar tidak sampai mengalami kebingungan apa yang mesti anda lakukan terlebih dahulu – jadi ada kerangka kerja yang sudah anda dokumentasikan sebelumnya langkah-langkah yang harus anda lakukan. Hal ini membantu anda dalam mempercepat pemulihan system kedalam level yang stabil untuk bisa beroperasinya business anda kembali.

Strategy Pencegahan
Dalam business continuity dan disaster recovery planning anda seharusnya juga mencakup strategy preventive / pencegahan yang meliputi metoda-metoda yang harus diambil untuk menghindari potensi terjadinya suatu bencana.

Ukuran strategy-strategy tersebut adalah krusial untuk melakukan mitigasi dari resiko dan biasanya di-implementasikan sepanjang temuan potensi resiko. Berikut adalah contoh-contoh strategy pencegahan:

  • Strategy backup berbasis harian, mingguan, dan bulanan seharusnya dilakukan dan data disimpan offsite. Kenapa harus disimpan offsite? Kalau disimpan ditempat / digedung yang sama, jika terjadi kebakaran total anda kehilangan semuanya – bahkan harta paling berharga anda yang berupa data lenyap – akibatnya anda tidak lagi bisa mengembalikan system anda. Kebijakan anda nantinya bisa dikriminalisasi
  • Memperbaiki dan memanage dengan baik dan perlindungan prima terhadap system firewall yang merupakan pintu gerbang ancaman dari fihak luar (internet) misal serangan virus dan hackers.
  • Instalasi anti-virus kepada semua server dan client computer agar bisa mencegah serangan terhadap virus
Recovery / Pemulihan
Dalam dokumen disaster recovery dan business continuity anda, strategy pemulihan seharusnya meliputi langkah-langkah yang harus diambil jika terjadi suatu bencana. Penindaklanjutan dari langkah-langkah ini haruslah cepat untuk menghindari kerangkah waktu yang lama pada tingkatan yang bisa diterima. Berikut ini adalah contoh dari strategy pemulihan:

  • Melakukan test data restore secara regular untuk memastikan bahwa data anda pada saat terjadi proses pemulihan – bisa direstore dengan baik.
  • Memanage fasilitas ruang server alternate dengan mesin server standby yang bisa diterima (karena menyangkut biaya) terpisah dari ruang server utama in case ruang server utama terjadi bencana and ludes gak tersisa. Hal ini bisa meliputi mesin domain server (DNS) atau system Active Directory dan mail-server anda yang merupakan infrastructure kritis dalam operasional anda.
  • Spare server cadangan diruang server alternate anda untuk bisa dilakukan pemulihan cepat data anda jika terjadi keadaan bencana terhadap ruang server utama.
Begitu pentingnya data anda yang merupakan kerja keras suatu company selama bertahaun-tahun maka sudah seharusnya lah anda memberikan perlindungan sangat bagus dan paling penting adalah anda bisa melakukan pemulilhan kembali operasional tanpa kehilangan data berharga anda jika terjadi suatu bencana. Untuk itulah anda harus mengembangkan system perencanaan disaster recovery dan business continuity dalam perusahaan anda.


- rewrite from any trusted source -

Wednesday, May 9, 2012

Pelajaran Penting Tentang Kehidupan

Aku menemukan banyak pelajaran dari apa yg aku lihat dan kurasakan
Hidup di dunia ini seperti sebuah panggung sandiwara
Yang sudah di atur oleh penciptanya
Hanya sebuah cerita yg diatur dan dirangkai
Kita hanya bisa menjalaninya
Dan kita juga bsa merubahnya

Hidup ini
Mengalun seperti nada2 yang indah
Kadang naik
Kadang turun
Terkadang bergelombang
Terrgantung bagaimana kita menyanyikannya
Tak banyak orang yang tahu tentang arti kehidupan

Kehidupan
Yang kadang membuat kita tak tau arah
Arah yang salah
Dan arah yang benar
Seseorang yang baik
Belum tentu membawa kita dalam kebaikan
bisa saja
Seseorang yang jahat
Mampu menuntun kita ke arah yang baik
Ibarat pepatah mengatakan
Jangan pernah menilai 1 titik hitam di atas sebuah kertas putih
Setiap manusia
Tidak ada yangg sempurna
Kesempurnaan itu hanya milikNya
Pencipta langit dan bumi . .ALLAH SWT . .

Tuesday, May 1, 2012

lebih jauh tentang istilah 32-bit dan 64-bit

lebih jauh tentang istilah 32-bit dan 64-bit
setelah kemarin bahas masalah perbedaan dasar antara 32-bit dan 64-bit OS, tulisan kali ini membahas lebih ke arah teknisnya... selamat belajar.

32-bit dan 64-bit mengacu pada arsitektur processor. Processor 32-bit artinya register-nya (unit penyimpanan data terkecil di dalamnya) berukuran 32 bit. Processor 64-bit artinya register-nya berukuran 64 bit.

(Register2 inilah yang digunakan untuk melakukan macam2 operasi. Misalnya c = a + b, maka register akan me-load nilai dari “a” (di memory), kemudian pada register ditambahkan nilai dari “b”, lalu ditulis ke memory pada posisi variabel “c” ) <- analoginya...

Pengaruh ukuran register terhadap kecepatan
Setiap proses baca/tulis dari memory (disebut dengan load/store) membaca/menulis informasi sebesar ukuran register; maka register 64-bit potensial membaca/menulis memory 2x kecepatan register 32-bit.
Tapi ini teoretis saja, karena kenyataannya prosesor juga menghabiskan waktu untuk melakukan hal-hal lain selain load/store, seperti pemrosesan matematis, vector-processing, dll.

Pengaruh ukuran register terhadap presisi
Secara simplistik: Makin panjang register, makin banyak angka di-belakang-koma yang bisa dihitung secara akurat.
Sebagai gambaran: Misalkan resolusi bilangan real pada 32-bit adalah 0.0001, maka resolusi bilangan real pada 64-bit bisa mencapai 0.0000001 (jadi jauh lebih presisi).

Pengaruh ukuran register terhadap ukuran memori
Salah satu dari sekian banyak register adalah “addressing register”. Addressing register (atau registers, kalau lebih dari satu) adalah register yang memiliki fungsi ‘menunjuk’ ke alamat tertentu dalam memory. Jangkauan (range) penunjukan ini disebut dengan istilah memory space.

Pada arsitektur 32-bit, addressing registers mampu ‘menunjuk’ posisi memory dari 0 s/d 4′294′967′295 (4 GB – 1). Inilah yang mengakibatkan muncul “batasan 4 GB” pada sistem berbasis arsitektur 32-bit.

Pada arsitektur 64-bit, addressing registers mampu ‘menunjuk’ posisi memory dari 0 s/d 18′446′744′073′709′551′615 (16 GB – 1). Seperti kita lihat, tidak ada lagi ‘batasan 4 GB’ pada sistem berbasis arsitektur 64-bit.

Pengaruh ukuran register terhadap dataset
“Dataset” adalah istilah untuk ’seperangkat data yang di-load ke dalam memory untuk diproses dan (optionally) ditulis kembali ke hard disk’.

Sistem 32-bit terbatas pada dataset sebesar (2^32)-1, atau (4 GB – 1). Mengingat sebagian memory harus digunakan untuk OS dan program database ybs, maka biasanya dataset nya hanya sebesar 1-2 GB saja.

Artinya, sebuah database yang berukuran, katakanlah, 20 GB (tidak asing dalam konteks perusahaan besar), harus diproses 10~20x.

Sistem 64-bit tidak memiliki batasan di atas. Dia dapat me-load dataset sebesar ketersediaan memory. Artinya, database 20 GB di atas dapat di-load seluruhnya (asal memory mencukupi), diproses dalam sekali jalan saja. Agar kita dapat memperoleh keunggulan sistem 64-bit, maka baik software dan hardware harus mendukung.

Software 32-bit jalan di hardware 64-bit tidak bisa memanfaatkan kelebihan arsitektur 64-bit. (Software hanya akan menggunakan 32-bit saja dari 64-bit yang tersedia; 32-bit sisanya tidak dikenali) ==> disebut mode 32-bit.

Sebaliknya, software 64-bit tidak bisa jalan di hardware 32-bit karena kebutuhannya akan lebar register 64-bit tidak bisa dipenuhi.

Note: Windows XP 32-bit dan Windows 7 32-bit adalah 2 sistem operasi yang masih beroperasi di mode 32-bit.

Windows XP 64-bit dan Windows 7 64-bit adalah 2 sistem operasi yang mampu beroperasi di mode 64-bit.

AMD64 adalah terobosan (breakthrough) AMD dalam dunia processor x86.
Dahulu hingga prosesor Pentium 3, Intel bersikukuh menggunakan hanya arsitektur 32-bit pada processor x86. Intel menghabiskan uang jutaan dollar untuk mengembangkan arsitektur 64-bit yang samasekali baru (artinya: tidak kompatibel dengan dunia x86) dalam bentuk Intel ITANIUM.

AMD kemudian mengembangkan instruction set (dan arsitektur) dari processor x86 yang dibuatnya (AthlonXP) sehingga lahirlah Athlon64: Processor x86 yang memiliki arsitektur 64-bit.

Instruction set yang diperluas ini disebut AMD64 oleh AMD. Intel terpaksa melakukan cross-license, dan menggunakan instruction set tersebut juga (tapi dengan nama EMT64, bukan AMD64. Biasalah, masalah corporate pride…)

Saya tidak yakin dengan Mac OS X.
Tetapi Linux memiliki versi 32-bit dan versi 64-bit.
Ada versi AMD64 (64-bit) dan ada versi i386 (32-bit)

Trus apa dong Kelebihan dan kekurangan-nya???

Kita sudah melihat kelebihan dari arsitektur 64-bit. Sekarang kekurangannya:

Banyak Software 32-bit yang tidak bisa jalan di arsitektur 64-bit, khususnya driver.

Mengapa bisa begitu?
Komputer adalah benda yang sangat kompleks. Untuk bisa berguna bagi manusia, komputer perlu melakukan apa yang disebut “Input/Output” (I/O). Contoh I/O adalah kirim/terima data via LAN, kirim gambar ke Monitor via VGA Card, dll.

Nah, semua tindakan I/O membutuhkan buffer. Sebagai contoh, kita kenal “memory VGA” pada VGA Card; itu sebetulnya adalah buffer untuk membantu VGA Card menampilkan gambar di monitor.

Masalahnya, agar I/O bisa berlangsung dengan mulus dan cepat, ‘buffer’ ini perlu mendapatkan alamat. Dan alamat ini di ambil dari memory space. Hal ini terjadi meskipun komponen pelaksana I/O ini memiliki buffernya sendiri (contoh: VGA Card terbaru dari nVidia / ATI biasanya punya minimal 256 MB RAM pada card nya). Tetap saja memori pada card tersebut akan dipetakan ke memory space.

Agar tidak bentrok dengan Sistem Operasi, yang biasanya di-load ke dalam memory ‘rendah’ (Bottom Memory = memory dengan alamat kecil), maka biasanya pemetaan buffer ini dilakukan di memory ‘tinggi’ (Top Memory = memory dengan alamat besar, atau dihitung mundur dari alamat memori terbesar (2^32)-1)

Catatan: Ini juga alasan yang menyebabkan RAM komputer kalau terpasang 4 GB hanya akan bisa dipakai Max 3,25 GB (atau kalau untung 3,5 GB), ada yang ‘hilang’ karena ‘tertutupi’ oleh buffer dari komponen I/O.

Nah, pada arsitektur 64-bit, hal yang sama pun dilakukan: Buffer untuk I/O dipetakan ke Top Memory. Masalahnya, Top Memory pada arsitektur 64-bit jelas terletak pada posisi yang berbeda dengan Top Memory pada arsitektur 32-bit.

Driver adalah korban yang paling jelas; mereka berusaha mengakses Top Memory 32-bit, padahal lokasi buffer tidak di situ. Akibatnya: Crash.

Software2 lain yang juga coba-coba mengakses Top Memory secara langsung akan mengalami crash juga.

Lucunya, banyak game 32-bit yang malah jalan dengan tanpa masalah di sistem 64-bit; hal ini karena mereka tidak berusaha mengakses Top Memory secara langsung, melainkan meminta bantuan Microsoft DirectX Layer untuk mengakses fitur dari sebuah VGA Card.

inilah sedikit ulasan mengenai istilah 32-bit dan 64-bit dari saya, semoga bermanfaat. 

dari berbagai sumber

CMIIW